Selasa, 02 Juni 2020

BELAJAR JADI MANUSIA


    Manusia memiliki empat Dimensi dlm dirinya: Dimensi Fisik, Dimensi Nabati Tumbuhan, Dimensi Hewani dan Dimensi Insani. Manusia memiliki dimensi fisik krn dia berbentuk, memiliki kerangka yang terdiri dr daging, tulang, rambut, darah dll. Dibalik itu ada dimensi Nabati Tumbuhan, yaitu manusia makan dan minum sehingga semakin hari semakin tumbuh dan besar. Beda halnya dengan benda yang tidak memiliki daya dimensi tumbuhan sehingga ketika gelas itu dibuat, maka besar dan bentuknya tak berubah serta tak berkembang. 

   Diatas daya nabati ada daya dimensi hewani yaitu daya gerak dan presepsi. Tumbuhan itu pasif, sebab dia hanya diam, tumbuh makin besar dan makin tinggi. Beda halnya dengan hewan yang mempunyai daya gerak atau presepsi mengekspresikan lewat gerak. Liat mangsa langsung dikejar. 

   Jadi, kalau ada orang yang malas, diam, tak mau bekerja, yang penting makan dan gemuk, maka daya nabati tumbuhan yang ada dlm dirinya lebih dominan dari yang lain. Jika Setiap harinya hanya nonton, main hp, depan laptop main game, Tiba waktu makan dia makan, maka hidupnya sperti tumbuhan yang tak bisa apa-apa. 

 Beda halnya dengan daya hewani yang mendorong manusia untuk selalu bergerak, bekerja, touring, jalan-jalan, dsb. Dimensi hewani inilah yang sll mendorong manusia punya hasrat, ambisi, cita-cita, marah dan mudah tersinggung.

   Diatas daya hewani ada daya dimensi insani. Ciri dimensi ini adalah rasionalitas atau akal. Inilah yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya, sebab dia mempunyai akal yang mampu berfikir secara rasional dan mampu mendikotomi antara kebaikan dan kejahatan. Akal inilah yang dapat mengendalikan ketiga dimensi lainnya agar seimbang dan terarah.

   Jadi, kalau ada orang yang kehilangan akal sehatnya, malas berfikir, tdk mau belajar, masa bodoh dll, maka sebenarnya dia hewan yang bergerak dan berjalan. 

   Oleh sebab itu perhatikanlah empat dimensi dlm dirimu. Pergunakanlah ia sebaik-baiknya sesuai kadarnya masing-masing, sebab empat dimensi inilah yang nantinya akan menimbulkan kebahagiaan. Maka, berbahagialah orang-orang yang tumbuh dalam keadaan beriman kpd Allah, yang memiliki intelektual cerdas, dan rajin bekerja serta gemar beramal sholeh.

وَالْعَصْرِ . إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ .إِلَّا الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ.

”Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal sholih dan saling menasihati supaya menaati kebenaran dan saling menasihati supaya menetapi kesabaran”

فَإِذَا فَرَغْتَ فَانْصَبْ

"Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), maka, (beralihlah) kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain,


Senin, 01 Juni 2020

DUALISME


  Secara definitif, Dualisme dapat dipahami sebagai pandangan filosofis yang menegaskan eksistensi dari dua bidang (dunia) yang terpisah, berlawanan, tidak dapat direduksi dan unik. Seperti: ada Tuhan dan ada alam semesta, ada roh dan ada materi, ada jiwa dan ada badan, ada dunia yang kelihatan dan ada dunia yang tidak kelihatan, ada dunia inderawi dan ada dunia intelektual, ada realitas aktual dan ada realitas kemungkinan, ada kekuatan kebaikan dan ada kekuatan kejahatan, dll. Oleh sebab itu, Kelompok Dualisme ini memahami bahwa hakekat alam ini adalah hanya dua, yaitu tidak satu dan tidak banyak. Nah inilah dualisme yang merupakan sebuah logika oposisi yang sering dipakai sehari-hari.
   Maka dapat disimpulkan bahwa Dualisme adalah sebuah pemahaman atau pandangan yang menyatakan adanya dua substansi yang mendasari dunia, yaitu materi dan mental (dalam hubungannya dengan manusia: mind and body). Sperti pemahaman model dualistik ala Plato yang membagi dunia ide (dunia sempurna) dan dunia nyata yang dapat berubah-berubah. Bgtu juga pemahaman model dualistik ala aristoteles yaitu ada matter (bahan) dan form (bentuk). Dalam filsafat, Pythagoras adalah dualis. Segala sesuatu diciptakan saling berlawanan: satu dan banyak, terbatas tak terbatas, berhenti-gerak, baik-buruk dan sebagainya. 
   Inilah model cara berfikir dualistik. Ada yang sukses dan ada yang tidak sukses, ada yang cakep dan ada yang jelek, ada orang baik dan ada orang jahat, ada anak soleh dan ada anak tidak soleh. Jadi modus eksistensi dari pemahaman dualistik ini adalah dua. Kuncinya disitu.
   Nah, doktrin atau pemahaman inilah yang melahirkan dan membuat Zoroaster memiliki kepercayaan terhadap dua Tuhan, yaitu ada Tuhan baik dan ada Tuhan jahat. Pemahaman inilah yang membuat mesir kuno Re memiliki kepercayaan dengan adanya Tuhan matahari sebagai simbol kehidupan dan kebenaran dan lawannya Tuhan Apophis sebagai lambang kegelapan dan kejahatan. Pemahaman inilah yang melahirkan kepercayaan hindu menjadi dualistik, yaitu Deva sebagai Tuhan baik dan musuhnya Asura sebagai Tuhan jahat. Pemahaman inilah yang menjadikan babilonia menghasilkan peperangan antara marduk dan Tiamak adalah sebuah mitos yang mewarnai worldview mereka. Pemahaman inilah yang membuat Yunani kuno memiliki kepercayaan Tuhan Zeus yang selalu berperang dengan dewa-dewa jahat dan Titans.
  Oleh sebab itu, Seorang dualis melihat fakta secara mendua. Akal dan materi adalah dua substansi yang secara ontologis terpisah. Jiwa-raga (mind-body) tidak saling terkait satu sama lain, karena beda komposisi. Akal bisa jahat dan materi bersifat suci. Atau sebaliknya, jiwa selalu dianggap baik dan raga pasti jahat. 
  Padahal dari jiwalah kehendak berbuat jahat itu timbul. Dalam Islam kerja raga adalah suruhan jiwa (إنَّما الأعْمالُ بالنِّيّاتِ،). Karena itu ketulusan dan kebersihan jiwa membawa kesehatan raga. 
  Dualis dikalangan antropolog pasti memandang manusia dari dua sisi: akal dan nafsu, jiwa dan raga, kebebasan dan taqdir (qadariyyah & jabariyyah). Dalam filsafat ilmu, dualisme pasti merujuk kepada dikotomi subyek-obyek, realitas 
subyektif dan obyektif.

   Dalam sebuah acara talk-show di sebuah stasiun TV di Barat ditampilkan isu pelacuran. Panelisnya pendidik, pastur, tokoh masyarakat dan beberapa pelacur. semua yang hadir waktu itu menyoroti profesi pelacur dengan nada sinis. Pelacur adalah kotoran masyarakat. Pelacur harus dijauhkan dari anak-anak, sebab Merusak adat kesopanan sosial, dan moral seterusnya. 
   Akan Tapi yang menarik adalah giliran pelacur angkat bicara. “Saya memang pelacur. Dan saya melakukan ini karena saya janda. Saya menjalani profesi ini untuk menghidupi tiga orang anak saya. Kalian boleh saja mencemooh. Tapi siapa yang peduli jika anak-anak saya kelaparan, siapa! siapa!” ia berteriak lantang. “Supaya kalian semua tahu, lanjutnya, saya memang pelacur tapi hati saya tetap suci”. Hadirin pun bersorak. 
   Nampaknya orang bersorak bukan karena ia pelacur, tapi karena ia dualis. Menjadi pelacur dan merasa suci. Dua sifat yang kontradiktif. Yang saya heran justru mengapa mereka bersorak. Sebab doktrin dualisme sudah lama berakar di dalam pemikiran Barat. Asal usul terdekatnya adalah filsafat akal (philosophy of mind) yang digemari Descartes, Kant, Leibniz, Christian Wolf dan lain-lain. 
    Oleh karena itu, Nampaknya doktrin dualisme ini berusaha menyatukan dua sifat yang berlawanan dalam diri manusia, yaitu pikirannya jahat dan kelakuannya baik atau sebaliknya. Sehingga doktrin ini telah memenuhi pikiran manusia modern saat ini, termasuk pelacur itu. 
    Seorang dualis bisa saja berpesan “lakukan apa saja asal dengan niat baik”. Anak muda Muslim yang terjangkiti pikiran liberal akan berkata ‘jalankan syariat sesuka hatimu yang penting mencapai maqasid syariah”. Tak butuh sholat yang penting niat dan hati bersih. Tak usah menutup aurat yang penting niat dan hatinya bersih. Korupsi tak mengapa yang penting rajin bersedekah dll. Nah, disinilah banyak orang yang salah paham dr hadist tentang seorang pelacur yang masuk surga disebabkan hanya memberi minum anjing yang kehausan dan seorang wanita yang rajin sholat tpi masuk neraka disebabkan dia selalu menyakiti tetangganya. Dalil inilah yang menjadi acuan mereka untuk membentengi doktrin dan pemahaman dualistiknya, sehingga lahirlah pemahaman " Dosa tak mengapa yang penting niat dan hatinya bersih"
  Kekacauan berpikir inilah kemudian yang melahirkan istilah “penjahat yang santun”, “koruptor yang dermawan”, “ateis yang baik”, “Pelacur yang moralis”, dan seterusnya. 
   Mungkin akibat ajaran dualisme pula seorang Kyai atau ustad menjadi salah tingkah dan berkata ”Hati saya di Mekkah, tapi otak saya di Chicago”. Dualisme akhirnya bisa menjadi perselingkuhan intelektual. Hatinya berzikir pada Tuhan tapi pikirannya menghujatNya.
  Itulah sebabnya Allah memerintahkan kpd manusia untuk menjadi pribadi yang monisme secara universal:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

"Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan Muslim".

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ

“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turuti langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.” 

ESENSI PUASA


MAQAM PUASA


      Posisi Ibadah puasa adalah seperempat bagian dari iman. Hal ini merupakan kesimpulan dari dua sabda Rasulullah SAW, yaitu hadist pertama adalah الصوم نصف الصبر (puasa merupakan setengah dari kesabaran), dan yang kedua adalah الصبر نصف الإيمان (kesabaran merupakan setengah dari keimanan).
Artinya, ketika ada orang yang tidak sabar maka setengah keimanannya hilang. 
Dan jika ada orang tidak berpuasa maka setengah kesabarannya hilang. Sehingga, ketika ada orang yang tidak berpuasa tanpa udzur maka dia kehilangan seperempat keimanannya. Oleh karena itu puasa, sabar, dan iman tidak bisa dipisahkan. Orang beriman harusnya sabar, dan diantara jalan untuk menemukan sabar itu adalah puasa. 
     Kesabaran terbagi dua, yaitu sabar "dari" dan sabar "untuk". Sabar (dari) adalah ketika seseorang itu sabar dari musibah yang menimpahnya, sedangkan sabar (untuk) adalah ketika seseorang itu sabar untuk menjalankan perintah Allah, maka inilah yang disebut Istiqamah yaitu berpendirian teguh dalam menjalankan perintah Allah. Oleh karna itu harus cerdas dalam membedakannya yaitu Kapan sabar "dari" digunakan dan kapan sabar "untuk" itu digunakan. Sebagai contoh: "ahh biarlah IPK saya 2 yang penting saya sabar ajha" bukan itu maksudnya, tapi kalau IPK mu dua, maka sabarlah "untuk" belajar agar IPK mu naik tiga ke atas. Jadi, harus hati-hati, sebab kebanyakan orang tidak cerdas dalam membedakan dua hal tersebut. Jadi, itulah maqomnya puasa adalah dialektika antara keimanan dan kesabaran. 
     Oleh sebab itu, Harusnya tidak ada lagi orang yang marah dan malas di dalam bulan suci Ramadhan, karena Ketika seseorang bermalas-malasan berarti dia kehilangan sabar "untuk" dan ketika seseorang itu marah dan ngambek berarti dia kehilangan sabar "dari". Maka Keduanya harus hidup.
     Jadi, kesimpulannya adalah sabar adalah inti dari puasa, yaitu kesabaran dalam menahan segala larangan dzhohiriyyah yang dapat membatalkan puasa, dan larangan bathiniyyah yang mengurangi makna puasa. Keduanya adalah ujian berat. Sekaligus merupakan barometer kualitas keimanan seseorang.

Mengapa puasa dianggap penting?

     Ibaratnya puasa dibandingkan dengan ibadah lain adalah bagaikan tanah haram (Mesjidil Haram) dengan mesjid- mesjid yang lain. Yang mana Ka'bah itu dianggap rumah dan milik Allah, padahal semua mesjid yang ada di bumi juga milik dan rumah Allah. Artinya Semua ibadah itu milik Allah, tapi ibadah yang istimewah disisiNya adalah puasa. Mengapa demikian? Karena ada dua variabel maknawi yang hanya dimiliki oleh ibadah puasa, yaitu:
1. Di dalam puasa ada rahasia (sirr) yang tak terdapat pada ibadah lainnya yang bisa terlihat. Seluruh amal ketaatan lainnya bisa tersaksikan dan terlihat oleh makhluk hidup ciptaanNya, beda halnya dengan puasa hanya Allah semata yang bisa melihatnya.
   Artinya, puasa itu adalah satu-satunya ibadah yang verifikasi pastinya itu hanya yang melakukannya, yaitu tidak ada orang lain yang tahu. Boleh ikut berbuka dan sahur bersama tetapi tidak puasa itukan bisa. Hanya orang yang melakukannya dan Allah yang tahu. Oleh sebab itu, Inilah yang membuat ibadah puasa itu menjadi istimewah, yaitu ibadah yang sifatnya subyektif dimana orang tidak bisa menilai. Mulut seseorang itu kering dan berbau itu, bukan jaminan bahwa dia berpuasa. Orang yang makan pete juga mulutnya bau. Bibir kering sariawan juga mulutnya bau, apalagi mulut yang tidak pernah sikat gigi sama sekali. Jadi, puasa itu hanya Allah dan dirimu sendiri yang tahu. Beda halnya dengan ibadah sholat yang bisa dilihat oleh orang lain. Zakat, shodaqoh bisa dilihat dan dihitung oleh orang lain, apalagi ibadah haji yang mana sebelum berangkat, satu kecamatan diundang semua. Tapi kalau ibadah puasa beda. Kamu deklarasi di mesjid " saya niat puasa besok" trus besoknya tidak puasa, tidak ada orang lain yang tahu. Jadi, itulah keistimewaan ibadah puasa, yaitu ketika hanya dirimu saja dan Allah yang tahu.
2. Puasa itu adalah pengekang setan yang menggoda manusia melalui syahwat. Sedangkan syahwat hanya bisa diperkuat melalui makan dan minum.
   Jadi, puasa adalah ibadah yang terang-terangan menantang setan dan terang-terangan menyisihkan hawa nafsu keduniaan.

 يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ مَنْ اسْتَطَاعَ منكم الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ. رواه البخاري
“Wahai golongan pemuda, siapa yang mampu menikah, maka menikahlah, karena sungguh hal itu lebih dapat menundukkan pandangan dan lebih dapat menjaga kemaluan, dan siapa yang tidak mampu (menikah) maka hendaklah ia berpuasa, karena itulah pengendali baginya.”

إن الشيطان ليجرى من ابن آدم مجرى الدم ، فضيقوا مجاريه بالجوع
Sesungguhnya setan itu mengalir dalam diri anak cucu adam melalui pembulu darah, maka sempitkanlah jalannya melalui lapar.

 Secara lahiriah dari perkataan diatas itu rasional. Jika manusia dalam keadaan lapar, itu tidak memikirkan selain makanan saja, tapi begitu kenyang baru dia berfikir yang aneh-aneh. Oleh kerena itu sempitkanlah jalan kemungkinan setan dalam menggoda manusia melalui puasa. Jadi, puasa adalah pelenyap dimensi kesetanan dalam diri manusia.

KONTEKS PUASA

• Kepatuhan.

   Adapun konteks puasa yang pertama adalah kepatuhan dan tunduk pada sang pencipta. Secara terang-terangan Allah sendiri yang mengatakan: 

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al-Baqarah, Ayat 183).

   Ketika Allah mengatakan (kutiba alaikum), Maka puasa pertama-tama bermakna kepatuhan manusia kepada Allah. Jadi, Segala manfaat dan hikmah puasa itu dibawah kepatuhan kpd Allah. Tidak boleh dibalik. Ketika seseorang mengatakan: "puasa itu menyehatkan, kalau saya sudah sehat, apakah saya tetap puasa?" Yang lain lagi mengatakan: " puasa itu senjata untuk menahan nafsu, dan saya tidak pernah tergoda oleh hawa nafsu, jadi, saya tak butuh puasa" 
     Memang secara logika statement diatas masuk akal. Tetapi tidak boleh seperti itu, sebab tetap kepatuhan yang harus didahulukan. Seandainya puasa tidak menyehatkan sekalipun, membuat dan melilit perutmu lapar dan haus, maka tetap harus puasa, karena pertama-tama puasa itu adalah kewajiban dari Allah yang harus dipatuhi dan diimani, bukan dengan logika. Sama halnya dengan sholat. Ketika ada seseorang yang mengatakan: " sholat itu mencegah dari perbuatan keji dan munkar. Oleh karena itu saya tidak pernah malakukan perbuatan keji dan munkar, maka saya tak butuh sholat". Lho, salah, harus tetap sholat, karena ibadah sholat itu adalah kepatuhan kepada Allah. Dan itu adalah bukti bahwa kita percaya kepada Allah dan RasulNya. Nah, setelah kita patuh, maka mulailah kita perinci manfaat dan hikmahnya, supaya kepatuhan kita semakin mantap. Tidak bisa dibalik yaitu mendahulukan hikmah dan manfaat dari kepatuhan. Jadi, pertama-tama dari segala ibadah itu adalah kepatuhan, kemudian merinci manfaat dan hikmahnya, supaya kita tahu bahwa Allah menyuruh hambanya melakukan sesuatu itu tidak sia-sia, pasti ada hikmahnya.

• Pelatihan.

   Puasa adalah sebuah pelatihan/riyadho selama satu bulan. Yaitu latihan dalam mengendalikan hawa nasfu dalam menguasai diri. Karena puasa adalah sebuah pelatihan, maka harus bersungguh-sungguh dan serius selama 1 bulan serta fokus pada hasilnya. Supaya keesokan harinya bisa merasakan dan merayakan idul fitri (kembali fithroh). Sebab puasa mempunyai target-target spritual dalam melenyapkan dimensi kesyahwatan dan kesetanan dari dalam diri manusia. Seprti, berupaya menghatamkam bacaan Alqur'an, sholat fardhu tepat waktu, qiyamullail, sholat dhuha, membuat planning dalam menjauhi dosa-dosa anggota badan, dll.

• Pengorbanan.

 Puasa adalah sebuah pengorbanan dan persembahan. Maka, persembahakanlah rasa lapar dan hausmu serta perjuanganmu semata-mata hanya untuk Allah. Bukan untuk yang lain. Seperti, kebanyakan orang yang berpuasa hanya untuk menurunkan badan supaya diet tanpa bayar. Jadi, kunci akhir dari semua bentuk ibadah adalah persembahan dan pengorbanan kepada Allah.

قُلْ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

“Katakanlah sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah Rabb semesta alam” (Q.S al-An’ām : 162)

  Jadi, ketika membahas puasa itu, harus perhaitkan konteksnya, yaitu ada konteks kepatuhan, pelatihan dan pengorbanan.

• Pensucian.

 Konteks keempat dari puasa adalah pensucian/tazkiyatunnafs. Oleh karena itu, Jadikan moment puasa itu untuk menaikkan kualitas kemanusiaan kita. Supaya kita jadi murni menjadi manusia disisi Allah. Sebab gol terakhirnya adalah fithri yaitu suci dari dosa. Jadi, ketika di hari terakhir puasa, seharusnya kita harus cerah karena kita sudah berada dalam dimensi pensucian lahir dan batin.

• Perjuangan.

  Contoh ibadah yang terang-terangan dalam mendeklarasikan sebuah perjuangan adalah puasa. Sebab disitulah manusia berperang besar-besaran dalam melenyapkan selaput hawa nafsu yang masih melengket pada manusia. 
   Rasulullah shallahu ‘alaihi wasallam sendiri memposisikan jihad dalam pengertian fisik  sebagai jihad yang kalah tingkat dari jihad mengendalikan hawa nafsu. Sepulang dari perang Badar, Nabi berkata:

رَجَعْتُمْ مِنَ اْلجِهَادِ اْلأَصْغَرِ إِلَى الجِهَادِ الأَكْبَرِ فَقِيْلَ وَمَا جِهَادُ الأَكْبَر يَا رَسُوْلَ الله؟ فَقَالَ جِهَادُ النَّفْسِ

"Kalian telah pulang dari sebuah pertempuran kecil menuju pertempuran akbar. Lalu sahabat bertanya, “Apakah pertempuran akbar (yang lebih besar) itu wahai Rasulullah? Rasul menjawab, "jihad (memerangi) hawa nafsu.

• Keikhlasan.

   Karena puasa itu adalah satu-satunya ibadah yang verifikasi pastinya itu hanya yang melakukannya dan Allah yang mengetahui, dan tidak ada orang lain yang tahu. Maka, puasa itu mempunyai dimensi keikhlasan yang paling sempurna dibandingkan dengan ibadah lainnya.

PUASA AWAM/BIASA

  Di dalam kitab Ihyaulumuddin, Imam Al Ghazali mengklasifikasi Ibadah puasa dalam tiga bagian: 1. Puasa Awam/biasa, 2. Puasa Istimewah, 3. Puasa Super. Dalam tiga bagian ini, masing-masing akan dijelaskan secara terpisah.
Puasa awam adalah mencegah perut dan kemaluan dari memenuhi keinginannya. Puasa ini, titik beratkan hanya menahan kepada hal-hal yang membatalkan dalam bentuk kebutuhan perut dan kelamin tanpa memandang aspek-aspek menahan diri yang lain. Pada tingkat ini, bahwa orang yang melakukan puasa tidak akan terbatasi dari kemaksiatan, karena orang yang berada pada tingkatan ini, mereka hanya memahami puasa dari segi kebutuhan jasmaniyah saja dan tidak meniti beratkan pada hati dan moral untuk ikut berpuasa.
   Melihat dari fakta yang ada, manusia masih banyak yang terperangkap pada level puasa ini, yaitu puasa awam atau puasa biasa. Mereka puasa tapi hanya sekedar menahan lapar dan haus serta kelaminnya saja, dengan tidak memperhatikan dan mempuasakan anggota badannya dari hal- hal yang berbau kemaksiatan. 
  Mereka puasa tapi masih keluyuran dan nongkrong di mall, tempat-tempat wisata dll. Mereka puasa tapi matanya masi jelalatan. Mereka puasa tapi mulutnya masih mengeluargan kata-kata kotor, ghiba, fitnah, dusta, dll. Mereka puasa tapi hasad dan dengki masih ada di dalam hatinya. 
  Memang puasa mereka sah, tetapi tidak mendapatkan inti dan esensi dari puasa itu sendiri.

رُبَّ صَائمٍ حَظُّهُ مِنْ صِيَامِهِ الْجُوْعُ وَالْعَطَشُ

“Berapa banyak orang berpuasa yang tidak mendapatkan apa-apa kecuali lapar dan dahaga saja.” (HR. Ibnu Majah no.1690 dan Syaikh Albani berkata, ”Hasan Shahih.”)

مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّوْرِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلّٰهِ حَاجَةٌ أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَه

“Barangsiapa tidak meninggalkan perkataan palsu dan pengamalannya, maka Allah tidak mempunyai keperluan untuk meninggalkan makanan dan minumannya” (HR. Al-Bukhari no.1804). 

   Jadi, puasa orang awam adalah mereka yang hanya masih memperhatikan mulut dan semua lubang agar tidak kemasukan sesuatu. 

PUASA ISTIMEWAH

  Puasa ini adalah puasa satu tingkat diatas puasa awam/biasa. yang mana puasa awam/biasa yaitu mereka yang hanya mempuasakan mulutnya dari lapar dan haus serta kelaminnya dari perbuatan keji. 
   Ibadah puasa pada level ini adalah puasa awam tapi memiliki plus. Sehingga bisa diartikan bahwa, puasa istimewah ini adalah puasa yang berusaha mencegah pandangan, penglihatan, lidah, tangan, dan kaki, serta anggota tubuh lainnya dari perbuatan dosa. Puasa istimewah ini, disamping mencegah keinginan perut dan kelamin dari hawa nafsu, juga menahan keinginan dari seluruh anggota badan lainnya untuk tidak melakukan dosa. Jadi, ibadah puasa istimewah adalah ibadah yang mempuasakan seluruh anggota badannya dari perbuatan dosa. Yaitu mata dari pandangan dosa, mulut dari perkataan ghiba, fitnah, gosip, tangan dari perbuatan zholim, telinga dari mendengarkan gosip, ghiba, dll. Oleh karena itu, ketika seseorang ingin menceritakan kejelekan seseorang kepadamu, maka filterlah dalam tiga tahap atau disebut Triple Filter Test: 

Filter pertama : kebenaran.

  Sebelum orang tersebut ingin menceritakan ghosip kepada anda, maka tanyakan dulu kebenaran tentang prihal yang ingin dia ceritakan. Apakah yang ia ingin ceritakan adalah kebenaran atau hanya dusta. Jika dia tidak mengetahui kebenarannya, maka teslah dia untuk tahap kedua.

Filter kedua: kebaikan.

  Setelah anda selesai tahap pertama, maka tanyakan tentang prihal cerita yang ia ingin ceritakan. Apakah cerita/ghosip yang ia ingin sampaikan bernilai kebaikan atau keburukan/kejelekan.. Karena ghosip itu adalah menceritakan kejelekan dan keburukan orang lain maka dia pasti menjawab "kejelekan". Jadi, dia tidak mengetahui kebenaran cerita/ghosip tersebut dan juga tidak mendatangkan kebaikan, maka masih ada filter ketiga yang harus dia jawab.

Filter ketiga: kegunaan.

  Tanyakan, apakah ghosip yang ia ingin ceritakan itu berguna bagi anda atau tidak. Jika, ia mengatakan "tidak", maka, simpulkanlah bahwa karena cerita atau ghosip yang ia ingin sampaikan bukan kebenaran, dan tidak memiliki kebaikan serta tidak ada gunanya kepada anda, maka tolaklah. sebab tidak mendatangkan manfaat sama sekali.

 Cerita diatas sangatlah sederhana, tetapi mendalam dan Universal. Banyak bahkan kebanyakan informasi tetapi kebenarannya tidak jelas….bahkan sulit memilah-milah mana yang benar dan salah. Gosip, Opini bahkan perang informasi menjadi sebuah keniscayaan. nah, 3 Filter Test itu mestinya harus kita pegang erat-erat dalam mensucikan diri melalui ibadah puasa istimewah ini.
  Jadi, Orang-orang yang berada pada tingkat puasa istimewah ini adalah mereka yang memiliki kesadaran untuk selalu menahan keinginan-keinginan lahiriah yang berupa anggota-anggota badan dengan kenikmatan yang diinginkan oleh anggota-anggota badan tersebut. Sebab tujuannya adalah untuk menemukan kenikmatan yang sebenarnya yaitu ketenangan dan ketentraman batin.
   Puasa pada hakekatnya adalah sebagai media untuk bisa mendekatkan diri kepada Allah. Dan hal itu bisa berfungsi, jika orang yang melaksanakan puasa dilandasi oleh keimanan dan kemauan yang kuat serta motivasi untuk berada sedekat mungkin kepada Allah dengan cara mengalahkan keinginan-keinginan yang bersifat lahiriah.

Edisi 6: Puasa super

  Puasa super adalah puasa hati dari segala keinginan yang bersifat hina dan segala pikiran duniawi serta mencegahnya dari pada selain Allah secara keseluruhan. Puasa ini hanya dilakukan oleh para nabi, siddiqin, wali dan orang-orang yang senantiasa dekat dengan Allah. mereka menganggap batal apabila memikirkan hal-hal yang bersifat duniawi, sehingga hatinya lupa kepada Allah. Kecuali masalah-masalah dunia yang mendorong kearah pemahaman agama, karena hal tersebut dianggap sebagai tanda ingat kepada akhirat.
  Puasa ini berada pada puncak level, yaitu berada diatas puasa biasa, dan puasa istimewah. Sebab orang-orang yang berada pada level ini, mereka bukan hanya mempuasakan perutnya dari lapar, haus, dan kemaluannya serta seluruh anggota badannya dari perbuatan dosa, tetapi juga mempuasakan hati dan bathinnya. Jika puasa istimewah itu menjaga mata dari pandangan dosa, maka puasa super itu niatnya saja tidak ada untuk melihat dosa. Jika puasa istimewah itu menjaga mulut dari ghiba, fitnah, dusta, dll, maka puasa super itu niatnya saja tidak ada untuk melakukan hal tersebut. Jangankan curang, niat curang saja tidak ada, jangankan nyontek, niat nyontek saja tidak ada.      Ketika ada perempuat bercadar lewat, kadang pikiranmu jelek, dan membayangkan "seandainya" seandainya". Kalau mereka yang sudah berada di level puasa super, sudah tidak ada lagi keinginan dan kata " seandainya" dalam pikirannya. Artinya mereka sangat hati-hati dan bertaqwa kepada Allah. Memang mata bisa ditutup tapi pikiran tidak bisa. Kalian melihat perempuan bercadar, walaupun kalian sudah menutup mata rapat-rapat dan tidak bisa lagi menjangkaunya tapi pikiranmu masih bebas, masih liar dan masih ingin membuka. " gimana yaaa wajahnya kalau tidak pakai cadar". 
  Oleh karena, semua pikiran jahat, gagasan jelek, hawa nafsu sudah tidak muncul pada level puasa super. Beda halnya dengan puasa istimewah, yaitu pikiran jelek, gagasan jahat sudah muncul tapi masih bisa ditahan. Kalau puasa biasa/awam, yaitu pikiran jelek dan jahat sudah tidak ditahan lagi kecuali perut dan kemaluan. Itulah perbedaan antara puasa biasa, puasa istimewah dan puasa super. Inilah sebuah hirarki yang harus kita lewati bersama untuk menuju puasa paling puncak yaitu puasa super.
   Jadi, semua gagasan, pikiran, ambisi, hasrat, hawa nafsu duniawi itu semua bisa dikontrol oleh mereka yang berada pada tingkat level puasa super. Sehingga mereka merasa berdosa apabila hari-harinya terisi dengan hal-hal yang dapat membatalkan puasanya. Mereka beranggapan bahwa hal tersebut bermula dari rasa kurang percaya terhadap janji Allah dalam mencukupi rezekinya. Oleh sebab itu jalan menuju puasa super adalah:
• Menjaga mata dan nencegahnya dari menatap segala yang dimakruhkan kepada segala yang menuntun hati kepada mengingat Allah.
• Menjaga lidah dari mengucap dan telinga dari mendengar segala yang makruh.
• Mencegah seluruh anggota badan dari dosa.
• Setelah berbuka, hatinya bergantung dan bergoncang antara takut dan harap, karena ia tidak mengetahui apakah puasanya diterima atau tidak.

LOGIKA PUASA

  Manusia adalah makhluk yang mempunyai kedudukan paling mulia disisi Allah SWT, sebab bukan hanya mempunyai akal tetapi juga hawa nafsu dalam mengarungi sebuah kehidupan di dunia. Derajat manusia berada diatas hewan karena dia memiliki akal pikiran sebagai filter untuk dirinya dari keburukan dan kejahatan. Begitupun juga derajat manusia berada dibawa malaikat karena adanya hawa nafsu yang melekat pada dirinya. Oleh sebab itu bila manusia terjerumus dalam hawa nafsu, maka ia turun ke tingkat hewan, dan sebaliknya bila manusia mencegah dan membentengi dirinya dari hawa nafsu, maka ia terangkat ketingkat malaikat. 
  Karena Malaikat adalah makhluk yang paling dekat dengan Allah, maka manusia yang sudah berada pada tingkatan malaikat adalah mereka yang sudah dekat dengan Allah. Kenapa Allah menyuruh dan mewajibkan kita untuk berpuasa? Yaitu, Supaya Allah ingin dekat dengan kita. Akan tetapi keinginan dekat dengan Allah memiliki penghalang yaitu hawa nafsu. Itulah sebabnya manusia diperintahkan untuk berpuasa agar penghalang hawa nafsu itu hilang, sehingga ia bisa dekat dengan Allah. Itulah rahasia ibadah puasa. 
   Sebenarnya Allah ingin sekali dekat dengan hambaNya tapi mereka tidak peka terhadap hal itu, sehingga semua ibadah yang mereka kerjakan termasuk puasa sudah kehilangan esensinya. Buktinya Dia memberi banyak jalan agar supaya Dia bisa dekat dengan hambaNya. Contoh ibadah sholat. Allah mensyariatkan kepada kita untuk menunaikan sholat 5 waktu. Hal ini menunjukkan kerinduan Allah kepada kita, sehingga kita dipanggil untuk menghadap kepadaNya, berdiri, ruku dan sujud. Allah juga mensyariatkan ibadah haji, juga salah satu bentuk dan jalan kerinduan Allah kepada hambanya, sehingga kita dipanggil untuk memenuhi panggilannya 
لبيك اللهم لبيك، لبيك لا شريك لك لبيك، إن الحمد، والنعمة، لك والملك، لا شريك لك

 Tidak hanya sampai disitu, Allah juga mewajibkan kepada hambaNya untuk mengeluarkan zakat untuk disalurkan kepada fakir miskin adalah juga salah satu bentuk kerinduan Allah kepada hambaNya, agar mereka senantiasa dekat dengaNya. Oleh karena itu, semua bentuk ibadah adalah sebuah tanda dan bentuk cintaNya kepada hambaNya. Allah menunggu-nunggu balasan cintamu padaNya. Itulah logikanya puasa, yaitu dalam perintah ibadah puasa tersembunyi rasa cintanya Allah padamu. 
   Jadi, untuk mewujudkan rasa cinta itu, maka, kuasai, kendalikan dan hilangkanlah penghalangnya yaitu hawa nafsu. Logikanya, Sama halnya dengan suami istri, ketika ada penghalang dari pihak ketiga yang berusaha untuk menghalangi hubungan mereka berdua, maka pihak ketiga ini harus disingkirkan dulu supaya rasa cinta dan kedekatan terus ada dalam hubungan mereka berdua. Begitu juga dengan rasa cinta dan kedekatan hamba kepada Allah. Agar cinta dan kerinduan Allah kepadamu terbalaskan maka hilangkanlah penghalanya yaitu hawa nafsu dengan jalan ibadah puasa.
   Itulah Allah yang selalu mencari jalan agar supaya kita sering ketemu dan dekat denganNya. Jadi, ketika menjalankan ibadah puasa, ingat-ingatlah bahwa kita sedang dicintai dan ditunggu oleh Allah untuk mendekat kepadaNya, maka perbanyaklah ibadah dalam bulan mulia ini. Nikmatilah cinta, rindu dan kedekatanmu dengan Allah. 

TARGET PUASA: TAQWA

  Target ibadah puasa adalah Taqwa. Taqwa memiliki beberapa makna, yaitu:
1. Taqwa bermakna takut. Firman Allah:

وَٱتَّقُوا۟ يَوْمًا تُرْجَعُونَ فِيهِ إِلَى ٱللَّهِ ۖ ثُمَّ تُوَفَّىٰ كُلُّ نَفْسٍ مَّا كَسَبَتْ وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ 
Dan peliharalah dirimu dari (azab yang terjadi pada) hari yang pada waktu itu kamu semua dikembalikan kepada Allah. Kemudian masing-masing diri diberi balasan yang sempurna terhadap apa yang telah dikerjakannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan).

  Jadi, orang yang sukses dalam menjalankan ibadah puasa sebulan penuh, mereka itulah orang-orang yang takut kepada Allah. Sebab ibadah puasalah yang menyebabkan rasa takut itu tertanam dalam dirinya, sehingga mereka hati-hati untuk bebuat maksiat. Mereka takut jika tubuh dan jiwanya yang sudah kembali fitroh itu ternodai oleh kemaksiatan. 

2. Taqwa bermakna taat.

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِۦ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.

   Jadi, orang yang sukses dalam ibadah puasa adalah mereka yang patuh dan tunduk kepada Allah. Semua perintah agama mereka kerjakan dan semua larangan mereka tinggalkan. Ciri-ciri orang yang sukses ibadah puasanya adalah mereka yang taat kepada Allah. Akan tetapi jika setelah ramadhan mereka masih malas, tidak taat, tidak patuh, semua perintah agama didebat dan dikritik terus setiap hari, maka puasanya tidak sukses. 

3. Taqwa bermakna pensucian jiwa.

وَمَن يُطِعِ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ وَيَخْشَ ٱللَّهَ وَيَتَّقْهِ فَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْفَآئِزُونَ 
Dan barang siapa yang taat kepada Allah dan rasul-Nya dan takut kepada Allah dan bertakwa kepada-Nya, maka mereka adalah orang-orang yang mendapat kemenangan.

  Orang yang puasanya sukse setelah idul fitri, maka salah satu ciri yang melekat pada dirinya adalah taqwa, sebab semua dosa yang pernah melekat pada tubuh dan dirinya sudah hilang dan kembali ke fitroh yaitu jiwa yang suci. Oleh sebab itu, orang yang sukses dalam ibadah puasanya adalah mereka yang sudah mendapatkan predikat taqwa dari Allah, yaitu mereka takut, taat dan tunduk kepadaNya dengan hati dan jiwa yang suci.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”

  Puasa yang sukses berarti akhlaknya tambah mulia. Semakin sukses puasanya maka semakin mulia akhlaknya. 
  Puasa yang sukses berarti semakin pemurah dan penyayang sesama manusia. Orang yang puasanya sukses maka disitulah letak islam sebagai rahmatan lil alamin, yaitu islam sebagai agama yang membawa rahmat untuk alam semesta.
 Puasa yang sukses berarti watak dan karakternya menjadi patuh dan disiplin terhadap suatu peraturan. Patuh terhadap hukum Allah semata yang dimotori oleh jiwa yang taqwa. 
 Puasa yang sukses berarti syahwat dan ambisinya sudah terkontrol kepada batas kesederhanaan. 
  Oleh karena itu berbahagialah mereka yang puasanya sukses dengan meraih kemenangan menuju kesehatan jasmani dan peningkatan serta pensucian maqam ruhani.

Maka, Pesan Imam Al Ghazali:

فإذن قد ظهر أن لكل عبادة ظاهرا وباطنا وقشرا ولبا ولقشرها درجات ولكل درجة طبقات فإليك الخيرة الآن في أن تقنع بالقشر عن اللباب أو تتحيز إلى غمار أرباب الألباب.

"Jadi, telah teranglah, bahwa bagi tiap-tiap ibadah itu mempunyai dua dimensi, dzohir dan bathin, kulit dan isi. Dan kulitnya itu mempunyai beberapa tingkatan dan disetiap tingkatan mempunyai beberapa lapisan. Maka kepadamulah sekarang untuk memilih, apakah engkauh cukupkan dengan kulit saja tanpa isi, atau engkau menceburkan diri kepada lapisan isi"
  Secara logika jika engkau memilih untuk menceburkan diri kedalam lapisan isi, maka otomatis engkau melewati kulit. Akan tetapi sebaliknya jika engkau hanya beribadah berdasarkan kulit dan eksistensial, maka engkau tak akan menggapai isi dan esensi suatu ibadah. Oleh sebab itu, berpuasalah untuk menggapai esensinya, maka derajat taqwa akan engkau miliki.

QUOTES PUASA

• Tariq Ramadhan :

"The philosophy of pasting calls upon us to know ourselves, to master ourselves, and to discipline ourselves the batter, to free ourselves. To fast is to identify our dependencies, and free ourselves from them".
" Filosofinya puasa itu adalah menyuruh kita untuk mengenali diri, untuk menguasai diri, dan juga untuk mendisiplinkan diri kita yang lebih baik, agar diri kita bebas. Puasa itu mengidentifikasi apa yang membuat kita tergantung dan membebaskan diri darinya".

• Jalaluddin Rumi:

"Fasting is the firs principle of medicine, fast and see the strength of the spirit reveal itself"
"Puasa itu adalah prinsip pertama pengobatan, maka puasalah dan lihatlah kekuatan jiwa akan muncul sendiri".

• Mahatma Gandhi:

"I believe that there is no prayer without fasting and there is no real fast without prayer".
"Saya percaya bahwa tidak ada doa tanpa puasa dan tidak ada puasa yang nyata tanpa doa".

• Athenaeus:

"Fasting cures diseases, dres up bodily humors, puts demons to flight, gets rid of impure thoughts, makes the mind clearer and the heart purer, the body sanctified, and raises man to the throne of god"
"Puasa itu menyembuhkan penyakit, mengeringkan kesenangan jasmaniyah, menyingkirkan setan, menyingkirkan pikiran yang tidak murni, membuat pikiran lebih jernih dan hati lebih murni, tubuh disucikan, dan mengangkat manusia ke atas singgasana ketuhanan".

• Plato:
" I Fast for greater physical and mental efficiency"
" Saya berpuasa untuk efisiensi fisik dan mental yang lebih baik"