Kamis, 02 Januari 2020

ESENSI KEBAHAGIAAN

    Ada tiga aktor/sifat yang bersemayam dalam diri manusia, yang harus hati-hati dalam menggunakannya, ketika salah dosis maka kehidupan manusia akan kacau, yaitu unsur kehewanan, unsur kesetanan dan unsur kemalaikatan. Ketiga unsur tersebut penting untuk diketahui oleh manusia yang mempunyai akal pikiran, yaitu mana diantara ketiganya yang aksidental dan mana yang esensial, sebab tanpa menyingkap rahasia itu maka manusia tak akan mampu menemukan kebahagiaan sejati.

    Manusia harus mengetahui unsur kehewanan yang ada dalam dirinya, sebab jika tidak, maka semua ambisi dan keinginannya yang kuat akan tersalurkan melalui hawa nafsunya tanpa membedakan baik dan buruk, sehingga bukan lagi manusia yang mempunyai unsur kehewanan tetapi hewan yang memiliki unsur kemanusiaan, karena hewan itu identik mempunyai ambisi dan keinginan sangat kuat tanpa melihat rambu- rambu baik atau buruk. 

وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِّنَ الْجِنِّ وَالْإِنسِ ۖ لَهُمْ قُلُوبٌ لَّا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَّا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آذَانٌ لَّا يَسْمَعُونَ بِهَا ۚ أُولَٰئِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ ۚ أُولَٰئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ [الأعراف : 179]
"Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai."

  Begitupun juga dengan unsur kesetanan. manusia harus mengetahui unsur kesetanan yang ada dalam dirinya agar ia tidak tunduk dan mempergunakannya melalui hawa nafsu. Sebab Jika tidak, maka semuanya akan dilibas habis-habisan demi memuaskan hawa nafsunya. 

وَكَذَلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوّاً شَيَاطِينَ الأِنْسِ وَالْجِنِّ يُوحِي بَعْضُهُمْ إِلَى بَعْضٍ زُخْرُفَ الْقَوْلِ غُرُوراً 
"Dan demikianlah Kami jadikan untuk setiap nabi musuh yang terdiri dari setan-setan manusia dan jin, sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan yang indah sebagai tipuan." (QS Al An’am: 112).

   Kemudian manusia juga mempunyai unsur kemalaikatan dalam dirinya yaitu naluri yang cenderung percaya dan patuh kepada sang pencipta. Namun malaikat yang murni tidak mempunyai unsur kehewanan dan kesetanan dalam dirinya sehingga otentik terus tunduk dan patuh kepada Allah tanpa melakukan kerusakan sedikutpun. Itulah bedanya manusia sebagai makhluk ciptaan Allah yang paling sempurna yang ketiga-tiganya ia miliki sebagai sifat manusiawi. Namun ketiga unsur tersebut harus dikontrol melalui akal yang ditopang oleh nilai-nilai ketauhidan (Al quran dan Sunnah). Sebab jiwa manusia itu ibarat sebuah kota. Hati adalah rajanya, syahwat adalah walikotanya dan akal adalah panglimanya serta kekuatan marahnya adalah para polisinya. Hati yang merupakan Raja adalah sebagai penasehat yaitu menasehati sehingga kerajaan kotanya dapat tenang dan tentram. Menasehati ini harus terus dilakukan oleh hati, sebab wali kotanya adalah syahwat dan kekuatan marah menjadi polisi kotanya. Maka jika hati berhenti menasehati maka hancurlah jiwa manusia. Oleh sebab itu hati sebagai raja juga harus berembug dengan panglima (akal) dan menjadikan wali kota (syahwat) dan polisi (amarah) mesti terkendali oleh panglima (akal). Jika hal ini terjadi maka kota (jiwa manusia) akan tenang dan bahagia. jangan sampai nafsu syahwatnya memberontak dan mengalahkan hati sehingga nafsunya yang jadi raja dan juga jangan sampai polisinya (amarahnya) serta akalnya yang menjadi raja, sebab jika hal itu terjadi maka jiwa manusia akan hancur. 
    Oleh karena itu jika ada manusia yang hanya mengejar kebahagiaan bila terpenuhi urusan makan dan minum serta segala kebutuhan biologisnya semata, maka ini merupakan kebahagiaan kelompok binatang ternak ( baha'im). Jika ada manusia yang memandang bahwa kebahagiaan semata itu adalah ketika mengalahkan, membunuh lawan atau siapa yang rangking satu siapa rengking dibawahnya serta siapa statusnya tinggi siapa statusnya rendah, maka ini merupakan kebahagiaan kelompok binatang liar (siba'). Dan jika ada yang merasa bahagia dengan melakukan tipu daya dan muslihat serta berbuat curang kepada orang lain, maka ini merupakan kebahagiaan kelompok iblis. 
   Maka hati-hatilah memilih kebahagiaan.  Menangkanlah kebahagiaan sifat kemalaikatanmu dalam jiwamu yang tunduk pasrah kepada Allah dan ibadah yang tak putus-putus kepadaNya. Maka ketika itulah kamu mendapatkan esensi kebahagaian yang sebenarnya. 
يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ , ارْجِعِي إِلَىٰ رَبِّكِ رَاضِيَةً مَرْضِيَّةً , فَادْخُلِي فِي عِبَادِي , وَادْخُلِي جَنَّتِي

“Hai jiwa-jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka Masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku yang saleh. Dan masuklah ke surgaku"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar